This image has an empty alt attribute; its file name is 8316593_Mesa-de-trabajo-1-2-1024x576.jpg
  1. Pengertian Bahasa Kawi
Pengertian Bahasa Kawi

Bahasa Kawi adalah bahasa yang dipakai di Jawa pada masa lampau. menurut I.G.K Ranuh dalam Surada, bahasa Kawi adalah bahasa Jawa Kuna, akan tetapi bahasa Jawa Kuna tidak identik dengan bahasa Kawi

Secara etimologis kata Kawi berasal dari bahasa Sanskerta ‚kavya‛ yang artinya‚puisi atau syair. Di India sendiri, pada awalnya, kawi dikenal sebagai sebuah kata yang merujuk pada seseorang yang memiliki pengetahuan yang luar biasa, terpelajar dan bijak, namun dalam kesusastraan Sansekerta klasik, Kawi merujuk pada seseorang yang menciptakan atau mengarang karya sastra seperti contohnya seorang penyair. Berdasarkan penjabaran di atas, Bahasa Kawi adalah bahasa yang digunakan para pengarang atau para pujangga. Tetapi tidak semua bahasa yang dipergunakan oleh para pujangga adalah Bahasa Kawi. Bahasa Kawi adalah istrilah yang digunaka untuk menunjukkkan ragam tulis yang merupakan bagian dari bahasa Jawa Kuna, jadi bahasa Kawi adalah bahasa Jawa Kuna. Zoetmulder menyebutkan bahwa bahasa Jawa Kuno merupakan bahasa umum selama periode Hindu-Jawa sampai runtuhnya Majapahit. Dengan demikian bahasa Kawi adalah bahasa Jawa Kuno yang dewasa ini hanya dapat dijumpai dalam karya- karya sastra. adapun karya satra yang dimaksud adalah:

a. Naskah-naskah keagamaan (seperti Lontar-lontar Tattwa, Sasana, Niti, dsb)

b. Naskah-naskah sastra (Purwa, Kakawin, Kidung, dsb)

c. Naskah-naskah pengobatan (Usadha)

d. Naskah-naskah pengetahuan lain (seperti lontar Tutur, dsb)

e. Peninggalan-peninggalan (misalnya : prasasti, babad dan Usana)

Dari uraian tersebut maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa bahasa Kawi adalah bahasa Jawa Kuno, ragam tulis yang dipergunakan oleh para Kawi (pengarang) untuk menampung buah pikirannya.

2. Sejarah Bahasa Kawi

Sejarah Bahasa Kawi

Zoetmulder (1994 : 3) menyebutkan bahwa bahasa Kawi dikenal sejak tahun 726 Saka atau 804 Masehi. Hal ini ditandai dengan adanya prasasti Sukabumi yang menyebutkan penanggalan Saka 726, bulan Caitra, pada hari kesebelan paro terang, pada hari Aryang (hari kedua dalam Sadwara), Wage (hari keempat dalam Pancawara) dan Saniscara (hari ketujuh dalam Saptawara). Hari tersebut bertepatan dengan tanggal 25 Maret 804 M.

Poerbatjaraka dalam Kepustakaan Djawa menyebutkan bahwa naskah Kawi yang tertua adalah naskah Candrakarana. Naskah ini berisikan tentang pelajaran bagaimana membuat sebuah kekawin (syair Jawa Kuno) dan daftar kata-kata Kawi (semacam kamus Kawi). Disebut naskah paling tua, karena di dalamnya disebut-sebut seorang raja keturunan wangsa Syailendra, kira-kira tahun 700 Saka atau 778 M. Berdasarkan gaya bahasa, tahun penulisan dan nama raja yang disebut dalam naskah yang diteliti itu, Poerbatjaraka kemudian mengelompokkan sastra Kawi menjadi tiga bagian, yakni :

a. Kitab-kitab Jawa Kuno yang tergolong tua. Naskah-naskah yang tergolong kelompok ini ada 2 macam yaitu yang pertama berbentuk prosa (parwa) dan berbentuk puisi (kekawin).

b. Kitab-kitab yang tergolong berkembang. Kitab kelompok ini lahir pada abad ke-11 sampai dengan abad ke-13. Misalnya : Àrjunawiwaha, Kresnayana, Sumanasantaka, Smaradahana, Bhomakawya, Hariwangsa, Gatotkacasraya.

c. Kitab-kitab Jawa Kuno yang tergolong baru. Kitab yang digubah dari menjelang abad ke-14 sampai runtuhnya Majapahit. Karya sastra itu adalah kekawin : Brahmaóðapuràna, Kunjarakarna, Nagarakåtàgama, Àrjunawijaya, Parthayajña, Sutasoma, Nìtiúastra, Nirathaprakåta, Dharmasunya dan Hariúraya.

Sementara Wayan Simpen AB. dalam Riwayat Kesusasteraan Jawa Kuna mengklasifikasikan kesusasteraan Kawi atas lima bagian ringkasan sebagai berikut:

  1. Zaman sebelum abad ke-9. Zaman ini adalah zaman pra sejarah sastra Kawi. Kehidupan bersastra pada jaman sebelum abad ke-9 diduga zaman sastra Jawa Kuno lisan. Cerita-cerita diwariskan secara lisan.
  2. Zaman Mataram. Zaman ini dimulai dari abad ke-9 sampai abad ke-10, yaitu pada masa pemerintahan Mpu Sindok (925-962 M) di Matarm sampai raja Dharmawangsa Teguh (991-1007 M). Karya sastra yang lahir pada masa ini adalah Kekawin Ràmàyana.
  3. Zaman Kediri. Dimulai sejak pemerintahan Erlangga (1019-1049 M) hingga pemerintahan Kertanegara (1268-1292 M). Karya sastra zaman ini tergolong karya bertembang.
  4. Zaman Majapahit I. Periode ini diawali sejak lahirnya kerajaan Majapahit (1293 M) sampai puncak keemasan Majapahit. Karya sastra yang lahir pada masa ini adalah Brahmanapurana, Kunjarakarna, Àrjunawijaya, Parthayajña, Sutasoma, dan Nagarakåtàgama
  5. Zaman Majapahit II. Zaman ini berawal dari bertahtanya Wikramawardhana (1389-1428 M) sampai runtuhnya Majapahit. Adapun karya yang lahir pada masa ini adalah : Nìtiúastra, Nirathaprakåta, Dharmasunya dan Hariúraya.

3. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Kawi

Audio Kedudukan dan Fungsi Bahasa Kawi

Bahasa Kawi pada saat ini memiliki dua kedudukan yaitu,

  1. Bahasa kawi merupakan salah satu Bahasa Dokumenter yang tertua yang memiliki materi yang terkaya dan nilai yang tidak dapat diabaikan diantara bahasa-bahasa Nusantara pada khususnya dan Bahasa Austronesia pada umumnya
  2. Sastra Kawi mengandung nilai-nilai budaya bangsa yang Indah dan luhur

Sementara itu Fungsi bahasa Kawi dapat dijabarkan menjadi empat, yaitu;

  1. Bahasa Kawi merupakan kunci untuk mengungkapkan perikehidupan kebudayaan bangsa Indonesia
  2. Bahasa dan Sastra Kawi menjadi sumber pengetahuan dan kekayaan bagi masa depan perkembangan kebudayaan bangsa
  3. Bahasa dan Sastra Kawi merupakan bahan studi bagi ilmu linguistik, filologi, dan kesusastraan
  4. Pengetahuan Bhasa dan Sastra Jawa Kuna merupakan faktor penunjang bagi:1) Penelitian sejarah bahasa-bahasa daerah dalam rangka usahanya masing-masing, 2) Usaha pengembangan bahsa Indonesia secara sadar dan aktif, dan 3) Usaha pengembangan sastra Indonesia dan sastra-sastra daerah

4. Pengaruh Bahasa Sansekerta terhadap Bahasa Kawi

Audio Pengaruh Bahasa Sansekerta Terhadap Bahasa Kawi

Bahasa Sansekerta memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap bahasa Kawi, hal ini terbukti dengan banyaknya kosakata Kawi berasal dari kata atau urat kata Sanskerta. Jika dikaji lebih dalam, pengaruh bahasa Sansekerta terhadap bahasa Kawi terbagi menjadi dua jenis pengaruh yaitu pengaruh formal dan pengaruh non formal.

  1. Pengaruh Formal adalah pengaruh bahasa sansekerta secara langsung yaitu diangkatnya kata-kata sansekerta ke dalam Bahasa Kawi. Contoh pengaruh formal bahasa Sansekerta pada bahasa Kawi dalam dilihat dari Kamus yang disusun oleh  L. Mardiwarsito, banyak memakai tanda (S) yang artinya kata bersangkutan berasal dari bahasa Sanskerta. Misalnya; 1. abdhi (S) = samudra; laut 2. abha (S) = keindahan 3. abhicara (S) = tingkah laku; tindak-tanduk; kelakuan (baik), dst.
  2. Pengaruh Non Formal maksudnya adalah isi konseptual kata-kata pinjaman tersebut yang berkaitan dengan pengaruh kebudayaan yang lebih luas termasuk lingkungan hidup yang melahirkannya. Contoh : Kata hima di India diartikan embun, cuaca penuh es; salju. Di Jawa keadaan seperti itu tidak pernah terjadi akhirnya kata hima diartikan sebagai kabut, dst.